Cara Budidaya Jamur Tiram Putih
Budi Daya Jamur TiramBanyak menu makanan yang menggunakan jamur tiram sebagai bahan dasar utamanya. Rasanya yang mirip daging ayam ini, jadi alternatif konsumsi kebanyakan vegan (sebutan bagi vegetarian). Cita rasa khas jamur tiram inilah, membuatnya banyak dicari dan tentu berdampak pada peluang ekonomi.
Tak sedikit orang yang tertarik untuk membudidayakan jamur tiram ini sebagai alternatif peluang usaha cukup menjanjikan. Pasalnya, jamur tiram ini merupakan salah satu jenis komoditi produk konsumsi yang memiliki pangsa pasar luas. Artinya, hampir di semua negara menjadikannya sebagai alternatif konsumsi sehat, termasuk Indonesia.
“Namun disayangkan,
pasarnya masih terbatas. Jangankan untuk pasar luar negeri, untuk memenuhi pasokan lokal saja masih kekurangan,” kata Pembudidaya Jamur Tiram di Bantul, Ahmad Annor 0857 6480 8887.
Dari sini menunjukkan, kalau kebutuhan pasar jamur tiram masih mendapat prioritas di kalangan konsumen. Harganya pun tergolong masih menunjukkan nilai tinggi, yaitu Rp 12.500 per kilogram untuk ukuran pasar tradisional. Sedangkan harga untuk kelas supermarket lebih tinggi, yaitu Rp 22 ribu per kilogram. Demikian halnya dengan permintaan pasar jamur tiram yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Bagi Anda yang berminat untuk turut meramaikan pasar jamur tiram, bukan tak mungkin dapat melakukan proses budidaya. Masih awam dan belum mengenal budidaya jamur tiram, bukan jadi kendala. Sebab, prosesnya tergolong cukup mudah dan efektif dilakukan bagi Anda yang pemula sekalipun. Ingin tahu kiat budidaya jamur kayu satu ini?
Kenali Fisiologisnya
Diantara banyak jenis jamur, jamur tiram ini termasuk dalam kategori tanaman konsumsi.
Ciri yang khas ada pada tudungnya berwarna hitam lembayung sampai kecoklatan. Bentuknya menyerupai kulit kerang dengan diameter 6-14 cm. Selain itu, tekstur permukaan tudung licin dan mengkilap. Demikian juga bilahnya berwarna putih, krem atau putih gading yang tersusun agak rapat.
“Disini terjadi fase perubahan bentuk, yaitu sewaktu muda bilahnya berwarna putih dan semakin tua jadi krem kekuningan dengan ukuran sekitar 1-3 cm. Jamur ini hidup baik pada kisaran suhu tinggi sekitar 25-30 °C,” ujar Edgar.
Kontrol Kelembaban Lingkungan
Untuk melakukan budidaya jamur tiram ini, tidak sesulit yang dibayangkan. Hanya masalah perlakuan lingkungan harus diperhatikan benar, dimana pada habitatnya ia lebih menyukai area dataran tinggi sebagai optimalisasi proses pertumbuhan. Itu didukung pula dengan tingkat kelembaban yang jadi sarat hidup mutlak.
Kondisi lembab dan dingin yang sesuai dengan karakter jamur, membuat bentuknya semakin besar. Namun tak perlu berkecil hati, bagi Anda yang tinggal di dataran rendah dan berniat melakukan budidaya jamur tiram. Sebab, ada alternatif yang tetap bisa dilakukan, seperti membuat kondisi lingkungan tempat tinggal jamur (minimal hampir sama) dengan habitat aslinya.
Namun penerapannya pun perlu dilakukan secara ekstra dari perlakuan jamur untuk daerah dingin. Alternatifnya, bisa dengan membuat lingkungan untuk selalu dalam keadaan lembab. Menyiram bagian tanahnya secara rutin, jadi salah satu cara untuk membuat tingkat kelembaban yang cocok. Sedangkan untuk bagian tanaman jamurnya tak perlu disiram, karena hanya faktor lingkungan tumbuh yang mempengaruhi pertumbuhan.
Pemberian ventilasi (sistem sirkulasi) pada rumah jamur, juga jadi aspek pendukung. Maka, banyak pembudidaya jamur yang menerapkan bilik anyaman bambu sebagai rumah jamur. Untuk perputaran udara yang baik, idealnya diberi jendela. Penerapan jendela ini, dilakukan 30 cm dari tanah dan hanya dibuka pada waktu malam hari. Sebab di malam hari, merupakan saat dimana jamur mengalami proses pertumbuhan dan sirkulasi udara yang baik akan membantunya.
Apa Saja yang Harus Diperhatikan?
• Bibit
Untuk budidaya jamur tiram, dapat menggunakan substrat kayu, serbuk gergaji, ampas tebu atau sekam. Namun untuk mempermudah proses ini, banyak perusahaan penyedia bibit jamur yang sudah mengemasnya dalam bentuk baglog. Artinya, bibit sudah tertanam dalam media tanam dan hanya siap untuk masa panen, sehingga hal ini akan mempermudah pembudidaya jamur tiram yang masih tergolong pemula.
• Rumah Jamur
Penyiapan bangunan untuk mendukung proses hidup jamur, dapat porsi cukup penting untuk diperhatikan, dimana bentuk dan ukuran bangunan disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, penerapan untuk kebutuhan sekitar 500-1.000 buah bag log, diperlukan bangunan dengan ukuran 6mx4mx4m. Bahan yang diperlukan untuk aplikasi rumah jamur berupa tiang, kaso, dan terbuat dari bambu atau kayu yang telah diawetkan.
• Jaga Temperatur
Pemeliharaan sub-start tanam dalam hal ini, harus memperhatikan faktor lingkungan. Selama pertumbuhan bibit (serat atau miselia seperti benang kapas), temperatur diatur antara 28-30 C. Sementara untuk pertumbuhan tubuh buah jamur sampai panen, temperatur diatur antara 26-28 C.
Selama pertumbuhan bibit dan pertumbuhan tubuh buah, kelembaban udara diatur sekitar 90%. Sebab kalau kurang, maka sub-strat tanam akan mengering. Agar kelembababan terjamin, lantai ruangan sebaiknya disiram air bersih pada pagi dan sore hari.
Masa Panen
“Jamur termasuk jenis tanaman budidaya yang memiliki masa panen cukup cepat. Buahnya dapat dipanen dalam jangka waktu 40 hari setelah pembibitan.
Dengan frekuensi panen yang dilakukan setiap hari, karena pertumbuhan masing-masing tanaman yang bervariatif. Pemanenan jamur bisa dilakukan antara 4-8 kali dan jumlah jamur yang dipanen per musim. Setelah melewati masa panen, sisa pembibitan harus dibuang dan menggantinya dengan baglog bibit baru. Barulah, jamur tiram siap dipasarkan.
Manfaat dan Kandungan Jamur Tiram
Jamur ini terkenal dengan rasa lezat dan aromanya tajam seperti merica. kandungan gizinya pun cukup tinggi, yaitu dengan komposisi protein sekitar 10-30%, vitamin C antara 36-58 mg/100 gram. Biasanya sosok jamur tiram ini ada pada menu masakan, seperti nasi goreng jamur dan panggang jamur.
Jamur tiram selain dapat disayur, juga dapat diolah jadi makanan lain. Misalnya kerupuk, keripik atau dengan nama lain tiram crip atau tiram chips. Selain itu, juga populer sebagai masakan sup dan pepes. Banyaknya penggemar jamur tiram, karena terdapatnya banyak kandungan nutrisi di dalamnya yang terdiri atas kadar air (92,2%), lemak (1,1%), karbohidrat total (59,2%), serat (12%), dan nilai energi (261%).
Truk
pengangkut jerami padi itu berhenti di depan kumbung jamur. Seorang
pekerja bergegas mengangkat dan mencelupkan jerami ke drum berisi air
panas. Lima detik kemudian, ia mengangkat jerami dan menebarkan di atas
jaring kawat. Setelah tiris, ia menambahkan 300 g dedak dan 40 g kapur
pada 2 kg batang padi kering itu yang dimasukkan ke dalam plastik ukuran
5 kg.
Jerami padi itu lazim dimanfaatkan sebagai media tumbuh jamur merang Volvariella volvacea.
Namun, Adi Yuwono, pekebun di Ciwidey, Kabupaten Bandung,
menggunakannya sebagai media jamur tiram. ‘Merang itu pengganti serbuk
gergaji kayu,’ kata Adi Yuwono. Penggunaan media itu memang kontras.
Sebagai
jamur kayu, tiram biasanya tumbuh di atas media serbuk gergaji kayu
tertentu. Ide menggunakan jerami untuk media tanam tiram terlintas
ketika Adi pulang kerja melalui Soreang-Ciwidey.Di sana
memang terdapat tumpukan jerami. Sarjana Pertanian alumnus Universitas
Islam Nusantara itu yakin merang kaya serat dan selulosa seperti serbuk
kayu. Ia menguji coba media tanam ‘baru’ itu dengan menanam bibit tiram
di 100 baglog jerami. Hasilnya? Total produksi sebuah baglog berbobot
1,2 kg itu mencapai 275 g. Baglog itu berproduksi selama 6 bulan. Itu
berarti produktivitas tiram bermedia jerami sama dengan tiram bermedia
serbuk gergaji.
Tingkatkan laba
Selain
memanfaatkan jerami baru, pekebun juga dapat menggunakan media bekas
penanaman jamur merang. Caranya dengan menebar media itu di atas
permukaan lantai untuk mengurangi kadar air. Kadar air berlebihan memicu
tumbuhnya cendawan patogen. Setelah itu Adi menambahkan 15-25% serbuk
gergaji dari total jumlah kompos, 2,5% bekatul, 1-1,5% kalsium karbonat
atau kapur, 0,5% gips, dan 0,25% pupuk TS. Pemanfaatan ‘limbah’ jamur
merang sebagai media jamur tiram itu menghasilkan produksi tinggi, 121
g/baglog.
Selain
produktivitas tinggi, kelebihan penggunaan jerami antara lain diperoleh
tanpa membayar sepeser pun. Sebab, jerami merupakan limbah yang
biasanya teronggok di tepi sawah. Makanya, biaya yang dikeluarkan hanya
ongkos pengangkutan yang sama dengan pengangkutan serbuk gergaji.
Hasilnya, ‘Bisa menghemat 50% biaya produksi,’ kata ayah 2 anak itu.
Jika media serbuk gergaji kayu membutuhkan biaya Rp700/baglog, jerami
padi hanya Rp350/baglog.
Pengurangan
biaya produksi sangat penting. Sebab, ada saatnya harga jual jamur
tiram cenderung stagnan bahkan turun. Jika menjelang puasa dan lebaran
jamur tiram mencapai Rp7.000-Rp8.000/kg; hari biasa harganya anjlok
menjadi Rp5.000-Rp5.500. Media serbuk kayu komponen biaya tertinggi
dalam produksi. Oleh karena itu, Adi rajin mencari dan menoba berbagai
media alternatif. Melalui pencarian literatur di dunia maya, diketahui
universitas di Korea Selatan telah menggunakan jerami padi sebagai media
oyster mushroom itu. Hasil percobaan membuktikan media merang
meningkatkan 100% produktivitas dibanding media serbuk gergaji. Karena
tertarik, Adi langsung mengaplikasikannya. Pada saat yang sama, Adi juga
membuat baglog bermedia jerami berbentuk mirip baglog konvensional.
Dua
kilogram jerami dikomposkan terlebih dahulu selama tiga hari. Setelah
itu dicampur dedak 250 g, kapur 200 g, dan dipadatkan dalam plastik
baglog. Sayang, produktivitasnya hanya 121 g/baglog. Itu pun hanya bisa
dipakai satu kali produksi. Sudah begitu, jerami yang dipadatkan punya
banyak kelemahan. Dari segi teknologi, butuh alat pengempa agar padat.
‘Alatnya mirip pengempa batubara, berbeda dengan alat pengempa serbuk
kayu,’ kata Adi. Di lain pihak, plastik yang digunakan mesti tebal agar
tidak cepat bocor akibat penekanan. Selain itu, penumpukan jerami saat
pengomposan menyebabkan serangga mudah hinggap dan meletakkan telur.
Akibatnya, pertumbuhan jamur terhambat dan produktivitasnya rendah.
Kelemahan lain, telat panen. Jika sistem konvensional pin head keluar
setelah 15-17 hari dari masa inkubasi 30 hari. Jamur tiram dengan media
jerami dipadatkan butuh waktu 30 hari pinhead keluar dari baglog.
Banyak media
Hasil penelusuran Trubus di dunia maya, penggunaan merang sebagai media jamur tiram telah diteliti Ruihong Zhang dari Biological and Agricultural Engineering Department, University of California,
Amerika Serikat sejak 2001. Sejak itu, bermunculan penelitian
penggunaan berbagai media pengganti serbuk gergaji. Media lain seperti
daun pisang, tongkol jagung, klobot jagung, dan gabah padi diteliti
Obodai Mcleland-Okine dari Food Research Institute, Ghana.
Hasilnya, daun pisang, tongkol jagung, klobot jagung, dan gabah padi
dapat memproduksi jamur tiram 111,5 g, 87,8 g, 49,5 g, dan 23,3 g sekali
produksi. Masing-masing bahan bisa digunakan 2-3 kali per baglog.
Hasil
itu memang kecil dibandingkan menggunakan serbuk gergaji yang mencapai
183,1 g dan jerami padi 151,8 g. Penyebabnya, jumlah lignoselulosa,
lignin, dan serat pada serbuk gergaji dan merang lebih tinggi. Media
tiram lain diteliti E Peker dari Faculty of Technical Education, Mugla University,
Turki. Ia menggunakan media limbah kertas ditambah gambut, kotoran
ayam, dan gabah. Campuran itu terbukti mempercepat pertumbuhan miselium,
hanya 15,8 hari; serbuk gergaji mencapai 30,4 hari. Tudung pun
diperoleh pada hari ke 21,4, dan sempurna setelah 25,6 hari dengan
produktivitas 350,2 g. Menurut E Peker, besarnya tudung dan kecepatan
tumbuh dipengaruhi tingginya nutrisi asal 20% gabah. Lain lagi hasil
penelitian Raul J. H. Castro-Gomez dari Biotechnology Prog, Universidade Estadual de Londrina,
Brazil. Penggunaan ampas tebu sebagai media jamur dapat mempercepat
pertumbuhan jamur dibandingkan media lain. Penyebabnya, ampas tebu
mengandung veratil alkohol yang menstimulasi peningkatan tumbuh jamur.
Tanpanya, produktivitas turun 50% dan waktu 30% lebih panjang. ‘Hampir
semua limbah pertanian berpotensi menjadi media jamur tiram,’ kata Adi
Yuwono. Dengan begitu biaya produksi dapat ditekan dan melambungkan
keuntungan petani.
Sumber: Trubus, Desember 2007
BUDIDAYA TANAMAN JAMUR TIRAM
Januari 17, 2008, 6:52 am
Filed under: Teknik Budidaya Jamur Tiram
Filed under: Teknik Budidaya Jamur Tiram
I. SYARAT PERTUMBUHAN
1.1. Iklim a) Secara alami, jamur tiram Pleurotus ditemukan di hutan dibawah pohon berdaun lebar atau di bawah tanaman berkayu. Jamur tiram tidak memerlukan cahaya matahari yang banyak dan remang-remang, di tempat terlindung miselium jamur akan tumbuh lebih cepat daripada di tempat yang terang dengan cahaya matahari berlimpah.b) Kelembaban ruangan optimal 90-96% yang harus dipertahankan dengan menyemprotkan air secara teratur.c) Suhu udara untuk pertumbuhan miselia adalah 23-28 derajat C dan untuk pertumbuhan tubuh buah adalah 13-15 derajat C. 1.2. Media Tanam Secara tradisional, di Jepang, bibit ditanam di dalam lubang atau garisan di kayu kering. Pengeringan dilakukan dengan tenaga sinar matahari atau listrik. Dalam budidaya modern, media tumbuh berupa kayu tiruan (log) yang dibuat dalam bentuk silinder. Komposisi media ini berupa sumber kayu (gergaji kayu, ampas tebu), sumber gula (tepung-tepungan), kapur, pupuk P dan air. 1.3. Ketinggian Tempat Kondisi di atas lebih mudah dicapai di daerah dataran tinggi sekitar 700-800 m dpl. Kemungkinan budidaya jamur di dataran rendah tidaklah mustahil asalkan iklim ruang penyimpanan dapat diatur dan disesuaikan dengan keperluan jamur.II. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
2.1. Pembibitan 2.1.1. Sumber Bibit a) Sumber alamiDipakai untuk media tradisional. Batang kayu yang telah ditumbuhi jamur dilembabkan, kemudian dirajang sepanjang 5-10 cm dan lebar 1-2 cm. Potongan disebarkan ke batang kayu lain yang dijadikan media tumbuh. b) SporaSpora terbentuk di tudung/payung bagian bawah. Tudung/payung yang berumur 3 hari dihancurkan di dalam air bersih. Cara penggunaan cairan ini ada 2 macam: (1) cairan ini dapat digunakan langsung sebagai bibit; (2) cairan disiramkan ke media yang tersusun dari serbuk gergaji dan kukusan jagung/padi. Setelah diinapkan beberapa hari, miselium akan tumbuh menyelimuti media dan siap digunakan. c) Biakan murniCara ini menghasilkan bibit berkualitas. 1. Siapkan media Potato Dextrose Agar (PDA) yang terdiri atas ekstrakt kentang 1 liter (1 kg kentang digodog dengan 1 liter air, lalu disaring), gula dekstrosa 20 gram, ekstrak ragi 5 gram (dapat diganti dengan 400 ml air ragi tetapi air kentang jadi 600 ml) dan agar-agar batang 20%. Media lain yang bahan mudah didapat terdiri atas 1/4 kg kentang, 1/4 kg bawang bombay, 1/4 kg aci, 1 sendok makan gips dan 3 bungkus agar-agar kecil. Panaskan campuran media tersebut untuk melarutkan agar-agar. Masukkan 15 cc media ke dalam tabung reaksi 25 cc kemudian disterilkan dalam autoklaf pada temperatur 121 derajat C, tekanan 1,5 selama 15 menit atau dengan dikukus pada temperatur 100 derajat C selama 8 jam.Biarkan media PDA sampai hangat tetapi masih cair. Buka sedikit cawan petri bagian atas, masukkan segera media ke dalam cawan petri steril secara aseptik. Tutup cawan petri dengan cepat. Setelah agar membeku, balikkan posisi cawan petri. Media ini disebut dengan media lempeng agar.2. Ambil tubuh buah berumur 3 hari (diameter sekitar 10 cm) yang sehat, mulus dan bagian sisinya tidak berkerut. Lepaskan stipe/bilah di bagian bawah tubuh buah. Ambil potongan bilah dengan pinset steril dan letakkan di tengah media lempeng agar yang telah disiapkan. Inkubasikan media di dalam inkubator pada temperatur 28 derajat C. Pada hari ke 2, miselium mulai tumbuh dan pada hari ke 5 seluruh permukaan media tertutupi miselium. Biakan murni ini disebut dengan bibit F1. 3. Pengerjaan seluruh proses di atas harus aseptik/bersih untuk menghindari tumbuhnya jamur yang tidak dikehendaki. Sebelum digunakan alat-alat berupa pisau atau pinset harus dibakar di atas api. Sebaiknya pengerjaan dilakukan di dalam laminar flow atau transfer box yang dijamin kebersihannya. 4. Pembiakan murni jamur tiram ini sudah dibuat di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Pertanian Unpad, Jurusan Biologi ITB dan PAU Mikrobiologi ITB. Bibit jamur murni bisa disimpan sampai 6 bulan pada temperatur sekitar 4 derajat C. 2.1.2. Pembuatan Bibit Jamur F2 Bahan-bahan untuk media bibit F2 adalah:a) Jagung tumbuk atau padi bergabah = 60%.b) Serbuk gergaji = 38%.c) Kapur = 0,5-1%.d) Gips = 0,1-1%. Sebelum dicampurkan, jagung tumbuk/padi direndam semalam dan dikukus 2 jam sampai mekar. Media dimasukkan ke dalam toples bekas jam.Satu lempeng agar bibit F1 dibagi menjadi delapan bagian. 1 bagian dimasukkan ke dalam media di atas dengan miselium menempel pada media. Setelah 2-4 minggu seluruh media ditumbuhi miselium dan siap ditanam ke log. 2.1.3. Pembuatan Bibit Jamur F3 Walaupun bibit F2 lebih baik daripada F3, banyak petani jamur yang menggunakan bibit F3 untuk ditanamkan ke dalam log. Media untuk bibit F3 berupa log dengan komposisi media dan cara pembuatan yang sama dengan log produksi, hanya ukuran plastiknya sekitar 1 kg. Bibit F3 dibuat dengan menambahkan 2 sendok makan bibit F2 ke bagian atas log, lalu diinkubasikan selama 1 bulan sampai miselium memenuhi seluruh permukaan log. Bibit F3 siap ditanamkan ke log produksi. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan steril di dalam laminar flow atau transfer box. 2.2. Pengolahan Media Tanam 2.2.1. Persiapan Untuk 80 log diperlukan bahan-bahan seperti di bawah ini:a) Serbuk gergaji atau ampas tebu halus=100 kgb) Tepung jagung=10 kgc) Dedak halus=10 kgd) Pupuk SP36=0,5 kge) Gips=0,5 kgf) Air=50-60% Bahan-bahan kecuali air dicampur merata, tambahkan air sampai media dapat dikepal. 2.2.2. Pembuatan Log Media dimasukkan ke dalam kantong plastik tahan panas kapasitas 1,5-2 kg sampai Media harus dipadatkan agar terbentuk log yang baik. Ikat mulut plastik dengan karet tahan panas dan sterilkan. 2.2.3. Sterilisasi Log Sterilisasi perlu dilakukan agar media bebas dari mikroba lainnya. Terdapat dua cara sterilisasi yaitu: a) Sterilisasi pada temperatur 100 derajat C selama 8 jam dengan cara mengukus. Biasanya digunakan drum kapasitas 50 log yang dipanaskan dengan kompor minyak tanah. b) Sterilisasi pada temperatur 121 derajat C selama 15 menit dengan menggunakan otoklaf atau dandang bertekanan uap. 2.3. Teknik Penanaman 2.3.1. Penanaman Bibit Buka bagian atas log yang telah disterilkan. Hamparkan 1-2 sendok makan bibit jamur F3 atau F2. Gunakan sendok yang telah dipanaskan di atas api. Rapatkan kembali plastik bagian atas. Masukkan cincin dari bambu berdiameter 3 cm dan tinggi 1 cm ke dalam plastik yang dirapatkan tersebut. Isi lubang yang terbentuk dengan kapas. Tutup kapas beserta cincin dengan kertas koran dan ikat. 2.3.2. Penyimpanan Log Jika kita akan menyimpan log di dalam bangunan maka masa tanam jamur tiram tidak diatur oleh kondisi iklim dan dapat dilakukan setiap saat. Log yang sudah ditanami bibit harus disimpan di tempat yang menunjang pertumbuhan miselium dan tubuh buah. Bangunan untuk menyimpan log dapat dibuat permanen untuk budidaya jamur skala besar atau di dalam bangunan semi permanen. Tempat pemeliharaan jamur dibuat dengan ukuran 10 x 12 m2 yang di dalamnya terdapat 8 buah petak pemeliharaan berukuran 5,7 x 2,15 m2. Jarak antar petak 40-60 cm. Di dalam setiap petak dibuat rak-rak yang tersusun ke atas untuk menyimpan 1.300-1.400 log. Rangka bangunan dapat dibuat dari besi, kayu atau bambu. Kondisi lingkungan yang harus diperhatikan dalam membuat bangunan penyimpanan adalah:a) Temperatur untuk pembentukan miselium adalah 23-28 derajat Cb) Temperatur untuk pembentukan tubuh buah adalah 13-15 derajat Cc) Kelembaban udara 90-96%d) Kadar air log 35-45%e) Udara di dalam tidak tercemari asap/gas. Log disimpan di atas rak dengan posisi tegak atau miring. Jarak penyimpanan diatur sedemikian rupa sehingga tubuh buah yang tumbuh dari satu log tidak bertumpang tindih dengan tubuh buah yang lain. 2.4. Pemeliharaan Tanaman 2.4.1. Pemeliharaan Log Log yang akan membentuk miselium dan tubuh buah harus dipelihara. Pemeliharaan berhubungan dengan menjaga lingkungan agar tetap optimuma) Kandungan air yang baik 35-45%. Kekurangan air menyebabkan miselium tidak membentuk tubuh buah karena kekeringan dan kelebihan air menyebabkan tumbuhnya jenis jamur lain yang tidak diinginkan. b) Cahaya. Perkembangan miselium dan tubuh buah akan terhambat dengan adanya cahaya langsung. Tempat penyimpanan harus tetap teduh dan sinar matahari tidak masuk secara langsung ke dalam ruangan. 2.4.2. Pembentukan Miselium dan Tubuh Buah a) Penumbuhan Miselium.Miselium akan tumbuh memenuhi permukaan log setelah penyimpanan selama kurang lebih 1 bulan. Selama jangka waktu tersebut, temperatur dan kelembaban harus optimal. Pengaturan temperatur dan kelembaban dapat dilakukan dengan cara:1. Menyemprotkan air dengan sprayer ke dinding-dinding bangunan penyimpanan dan ke ruang di antara jajaran log. 2. Menyemprotkan air dengan sprinkel bernozel halus. b) Pembentukan tubuh buah pertama.Setelah miselium tumbuh sempurna, lepaskan cincin log dan buka plastik bagian atas sehingga seluruh permukaan atas log kontak dengan udara. Pada waktu ini diperlukan raising yaitu pengaturan lingkungan agar tubuh buah tumbuh. Raising dilakukan dengan:1. Menurunkan temperatur ruang menjadi 13-15 derajat C dengan menggunakan pengatur temperatur (Air Conditioning) atau menyemprotkan air dengan nozel halus secara intensif.2. Menurunkan temperatur dan sekaligus menyemprotkan bahan yang mengandung hormon pertumbuhan ke permukaan log yang kontak dengan udara. Air kelapa atau ekstrakt toge dapat dipakai sebagai sumber hormon tsb. Dengan cara ini pertumbuhan tubuh buah akan mencapai dua kali lipat dibandingkan cara pertama. Tubuh buah pertama terbentuk setelah 3-5 hari pembukaan. c) Pembentukan tubuh buah selanjutnyaSetelah tubuh buah pertama dipanen, turunkan bukaan plastik sampai ½ bagian log. Kadang-kadang calon bakal buah sudah tumbuh di bawah plastik yang belum terbuka. Bagian plastik tersebut harus dilubangi untuk memberi kesempatan tubuh buah keluar dan tumbuh. Pembukaan log sebaiknya tidak dilakukan sekaligus, terutama pada budidaya skala besar. Jarak pembukaan satu kelompok log dengan kelompok lainnya ditentukan sedemikian rupa sehingga setiap hari ada tubuh buah yang dipanen. Pembukaan log yang bertahap akan menjamin kelangsungan produksi. 2.5. Hama dan Penyakit 2.5.1. Hama Hama yang banyak terdapat di tempat budidaya jamur adalah serangga baik berupa kumbang atau kutu. Pencegahan dengan sanitasi lingkungan atau, alternatif terakhir, penyemprotan insektisida. Perlu diingat bahwa residu insektisida akan menempel di tubuh buah sehingga jamur yang dipanen harus dicuci bersih di air mengalir. Pencucian dapat menyebabkan penurunan kualitas jamur kalau kelebihan air tidak langsung dihilangkan dengan cara ditiriskan. 2.5.2. Penyakit Penyebab timbulnya penyakit adalah sterilisasi yang tidak sempurna, bibit yang tidak murni, alat yang kurang bersih dan kandungan air media terlalu tinggi. Penyakit berupa tumbuhnya jamur lain seperti Mucor, Rhiozopus, Penicillium dan Aspergillus pada log. Serangan jamur-jamur tersebut dicirikan dengan timbulnya miselium yang berwarna hitam, kuning atau putih dan timbulnya lendir. Pertumbuhan jamur tiram menjadi terhambat atau tidak tumbuh sama sekali. Serangan dapat terjadi di log yang belum atau sudah dibuka. Pengendalian dilakukan dengan memperbaiki kultur teknis dan meningkatkan kebersihan lingkungan pada saat pembuatan media dan bibit serta lingkungan bangunan penyimpanan. 2.6. Panen 2.6.1. Ciri dan Umur Panen Jamur tiram Pleurotus adalah jamur yang rasanya enak dan memiliki aroma yang baik jika dipanen pada waktu umur muda. Panen dilakukan setelah tubuh buah mencapai ukuran maksimal pada 2-3 hari setelah tumbuh bakal tubuh buah. 2.6.2. Cara Panen Pengambilan jamur harus dilakukan dari pangkal batang karena batang yang tersisa dapat menimbulkan busuk. Potong jamur dengan pisau yang besih dan tajam dan simpan di wadah plastik dengan tumpukan setinggi 15 cm. 2.6.3. Periode Panen Panen dilakukan setiap hari atau beberapa hari sekali tergantung dari jarak pembukaan log-log. Dari satu log akan dihasilkan sekitar 0,8-1 kg jamur. 2.7. Pascapanen 2.7.1. Penyortiran Setelah dipanen, batang tubuh buah dipotong. Pisahkan jamur yang rusak dari jamur yang baik, pisahkan pula jamur sesuai dengan ukurannya. 2.7.2. Penyimpanan Setelah penyortiran, buang kotoran pada jamur tanpa mencucinya. Simpan di dalam wadah bersih dan tempatkan di kamar dengan temperatur 15 derajat C. Jamur dapat tetap segar selama 5 x 24 jam. Sebelum pengemasan, jamur dapat disemprot dengan larutan natrium bisulfit 0,1-0,2% yang menghambat pembusukan 2.7.3. Pengemasan Pengemasan dilakukan dalam:a) Kantung plastikb) Kantung plastik yang divakum (udara dikeluarkan)c) Wadah plastik putih dan ditutup dengan plastik lembaran tipis. 2.7.4. Penanganan Lain a) Pengeringan. Jamur direndam dalam air bersih, atau cuci dengan air mengalir lalu diiris tipis atau dibiarkan seperti adanya. Masukkan ke dalam air mendidih sebentar, lalu tiriskan. Keringkan jamur di dalam oven listrik/ minyak tanah. b) Penambahan senyawa pengawet. Jamur utuh dibersihkan dari kotoran jika perlu dengan air mengalir. Rendam dalam asam sitrat 0,1% selama 5 menit. Cuci dengan air mengalir. Masukkan ke dalam larutan yang terdiri atas garam dapur (15%), garam sitrat (0,5%), SO2 (1%), kalium bikarbonat (0,1%) dan kalium metabisulfida (<1%) selama 10-15 menit. Tiriskan kembali. Jamur akan awet selama 2 minggu tanpa pengepakan dan 1 bulan bila langsung dipak cara vakum.CARA PRAKTIS BUDIDAYA JAMUR TIRAM
Januari 17, 2008, 6:41 am
Filed under: Teknik Budidaya Jamur Tiram
Ada teknologi yang cukup praktis untuk
budidaya jamur tiram Pleurotus spp, yakni tahapan membuat media bibit
induk (spawn) dan tahanan memproduksi jamur tiramnya. Pada tahanan
membuat media bibit induk ada 10 langkah yang perlu dilakukan. Pertama,
bahan medianya yang berupa biji-bijian atau campuran serbuk gergajian
albusia (SKG) ditambah biji millet 1 (42%) : 1 (42%). Bahan baku ini
adalah yang terbaik. Langkah
kedua, bahan baku dicuci dan direbus selama 30 menit menggunakan
pressure cooker atau panci. Langkah ketiga, bahan baku tersebut
ditiriskan dengan ayakan. Tambahkan 1% kapur (CaCl3), 1% gypsum (CaSO4),
vitamin B kompleks (sangat sedikit) dan atau 15 persen bekatul. Kadar
air 45-60 % dengan penambahan air sedikit dan pH 7. Langkah
keempat, bahan baku tersebut lalu didistribusikan ke dalam baglog
polipropilen atau botol susu atau botol jam pada hari itu juga. Perbotol
diisi 50-60% media bibit, disumbat kapas/kapuk, dibalut kertas
koran/alumunium foil. Langkah kelima, sterilisasi dalam autoclav selama 2
jam atau pasteurisasi 8 jam pada hari itu juga. Temperatur autoclave
121 derajat C, tekanan 1 lb, selama 2 jam. Temperatur pasteurisasi 95
derajat C. Langkah
keenam, lakukan inokulasi dengan laminar flow satu hari kemudian.
Setelah suhu media bibit turun sampai suhu kamar dilakukan inokulasi
bibit asal biakan murni pada media PDA (sebanyak 2-3 koloni miselium per
botol bibit). Langkah ketujuh, inkubasi (pertumbuhan miselium 15-21
hari) pada ruang inkubasi/inkubator, suhu 22-28 derajat C. Langkah
kedelapan, botol atau baglog isi bibit dikocok setiap hari, dua hingga
tiga kali. Hal ini dilakukan agar pertumbuhan miselium bibit jamur
merata dan cepat serta media bibit tidak menggumpal/mengeras.
Kesembilan, bibit induk dipenuhi miselium jamur dengan ciri pertumbuhan
miselium jamur kompak dan merata. Langkah
terakhir, jamur tersebut digunakan sebagai inokulan/bibit induk/bibit
sehat perbanyakan ke 1 dan ke 2. Bibit ini disimpan dalam lemari
pendingin selama 1 tahun, bila tidak akan segera digunakan.Tahap
selanjutnya adalah memproduksi jamur tiram (Pleurotus spp). Dalam
tahapan ini juga ada 10 langkah. Pertama, siapkan serbuk kayu gergajian
albasia. Rendam selama 0-12 jam (bergantung pada spesies/strain serbuk
kayu yang digunakan). Langkah kedua, tiriskan sampai tidak ada air, pada
hari itu juga dengan mengunakan saringan kawat atau ayakan kawat. Langkah
ketiga, membuat subtrat/media tumbuh, pada hari itu juga. Tambahkan
5-15 % bekatul atau polar (bergantung pada spesies/strain yang
digunakan), 2% kapur (CaCO3), 2% gypsum (CaSO4) dan air bersih, diaduk
merata, kadar air substrat 65%, pH 7. Langkah
keempat, distribusikan kedalam baglog polipropilen pada ahri itu juga.
Padatkan dalam wadah tersebut, beri lubang bagian tengah, dipasang mulut
cincin pralon, kemudian ditutup dengan kapas/kertas minyak. Langkah
kelima, sterilisasi/pasteurisasi, satu hari kemudian. Simpan dalam kamar
uap atau kukus dalam drum dengan suhu media di dalam baglog 95-120
derajat C selama 1-3 kali 8 jam bergantung pada jumlah substrat yang
akan di pasteurisasi. Langkah keenam, inokulasi substrat dengan spawn di
ruang inokulasi. Setelahsuhu baglog substrat turun sampai suhu kamar,
inokulasikan bibit pada substrat dalam laminar flow. Bibit 10-15gr/kg
substrat. Langkah
ketujuh, inkubasi baglog substrat (pertumbuhan miselium 15-30 hari).
Rumah jamur/kubung/ruang inkubasi dijaga tetap kering dan bersih, suhu
22-28 derajat C tanpa cahaya. Langkah kedelapan, baglog substrat dibuka
cincin dibuka (7-15 hari kemudian). Cara membuka berbeda-beda,
tergantung jenis jamur kayu yang digunakan. Langkah
kesembilan, baglog disusun di rak dalam rumah jamur (pertumbuhan jamur
10-15 hari kemudian, tumbuh pin head/bakal tumbuh buah). Bakal tumbuh
buah tersebut disiram air bersih agar jamur tumbuh. Untuk jamur tiram,
yang disiram rumah jamurnya. Untuk jamur kuping penyiraman langsung pada
substrat sampai basah kuyup. Suhu rumah jamur 16-22 derajat C RH :
80-90 %. Langkah
terakhir panen jamur tiram/kuping. Panen kurang dari 9 kali dalam waktu
kurang dari 1,5 bulan tergantung cara pemeliharaan/penyiraman jamur dan
kebersihan kubung. Atau sisa panen 2-5 kali seminggu. Faktor
penting yang harus diperhatikan dalam budidaya jamur tiram ini adalah
masalah higienis, aplikasi bibit unggul, teknlogi produksi bibit (kultur
murni, bibit induk, bibit sebar), teknologi produksi media
tumbuh/substrat dan pemeliharaan serta cara panen jamur tiramFiled under: Teknik Budidaya Jamur Tiram
Cara Budidaya Jamur Tiram di Daerah Panas
"Berada di daerah yang cukup panas kini tidak
perlu takut lagi untuk mencoba budidaya jamur tiram. Ada banyak cara
untuk menyiasati kondisi lingkungan tersebut."
Menekuni bisnis
budidaya jamur tiram memang sangat menguntungkan. Tingginya permintaan
pasar dan mudahnya proses budidaya jamur tiram menjadi salah satu alasan
mengapa jenis jamur ini lebih sering dibudidayakan masyarakat
dibandingkan jenis jamur lainnya. Meskipun begitu, sampai hari ini ada
sebuah kendala yang sering dihadapi para pemula dalam menjalankan bisnis
budidaya jamur tiram. Yaitu faktor pemilihan lokasi budidaya yang
sesuai dengan habitat hidup jamur tersebut.
Biasanya pertumbuhan jamur tiram akan optimal sepanjang tahun bila lokasi budidayanya sesuai dengan habitat aslinya, yakni di kawasan pegunungan atau di daerah dataran dengan ketinggian antara 400-800 meter di atas permukaan air laut (mdpl), serta memiliki suhu udara sekitar 20-28°C dengan tingkat kelembapan sekitar 70% sampai 80%. Lalu bisakah jamur tiram dibudidayakan di daerah panas?
Bagi Anda yang berada di daerah dataran rendah khususnya di lingkungan yang cukup panas, kini tidak perlu takut lagi untuk mencoba budidaya jamur tiram. Sebab ada banyak cara yang bisa Anda lakukan untuk menyiasati kondisi lingkungan di sekitar Anda. Untuk mengetahui informasi selengkapnya, mari kita bahas bersama beberapa tips bisnis yang bisa Anda gunakan untuk membudidayakan jamur tiram di daerah panas.
Pertama, langkah mudah yang bisa Anda coba yaitu membuat bangunan kumbung jamur dengan sistem sirkulasi buka tutup. Yang dimaksud buka tutup disini adalah menutup sirkulasi kumbung jamur di siang hari agar kelembapan di dalamnya tetap terjaga, dan membukanya pada malam hari sehingga suhu ruangan di dalam kumbung jamur bisa lebih dingin.
Kedua, gunakan bahan atap yang tidak menyerap panas. Hal ini penting agar intensitas sinar matahari yang masuk ke dalam kumbung jamur tidak berlebihan. Beberapa bahan yang bisa Anda gunakan sebagai atap kumbung jamur antara lain anyaman bambu, atau genteng.
Kelima, lindungi sekitar lokasi kumbung dari sinar matahari langsung yang terlalu menyengat. Anda bisa melakukannya dengan cara menanam banyak pohon rindang (perdu) disekeliling kumbung jamur.
Keenam, untuk memperlancar sirkulasi udara di dalam kumbung jamur tiram, usahakan tinggi bangunan kumbung dibuat lebih tinggi atau tidak kurang dari 4 meter.
Ketujuh, perhatikan rak penyimpanan baglog jamur yang dibuat. Bila di daerah dingin rak yang dibuat pada kumbung jamur bisa mencapai 5 tingkat, pastikan rak yang dibuat di daerah panas tidak lebih dari 3 tingkat.
Kedelapan, karena lokasi kumbung jamur berada di daerah panas, maka sebisa mungkin lakukan penyiraman lebih sering dibandingkan di daerah pegunungan. Penyiraman baglog jamur bisa Anda lakukan minimal 3 kali dalam sehari.
Nah, dengan demikian Anda tidak perlu khawatir jika ingin mmbudidayakan jamur tiram tetapi daerah Anda merupakan daerah yang panas. Silahkan mencoba peluang bisnis jamur dimanapun Anda tinggal. Mulai dari yang kecil, mulai dari yang mudah, mulai dari sekarang! Salam sukses.
Sumber gambar : http://sumarsih07.files.wordpress.com/2010/01/di-kumbung-jamur.jpg dan http://st281560.sitekno.com/images/art_16550.jpg
AGRIBISNIS jamur tiram, di Nusa Tenggara Barat, sampai saat ini masih
tergolong hal baru. Di Jawa dan Bali, bisnis ini sudah cukup lama
dikenal. Di Lombok, tidak banyak bahkan bisa dikatakan hanya satu dua
saja yang menggeluti usaha ini. Salah satunya adalah usaha yang dirintis
Ir. M. Mahrup Kaseh sejak tahun 1989. Hingga kini usaha itu masih
bertahan dan terus melakukan inovasi pada teknik budidaya dan
pengembangan pemasarannya sehingga menjadi agribisnis yang utuh dan
mudah dilaksanakan sebagai teknologi tepat guna yang ramah lingkungan.Pengembangan teknik budidaya ini dipermudah dengan menggunakan bibit
sebar dedan dengan media yang mudah dan murah. Alat pres dan alat
sterilisasi direkayasa sendiri sehingga mudah dilaksanakan dengan hasil
yang baik. “Teknik dan alat yang digunakan merupakan hasil pencarian
terus menerus,” ungkap pensiunan PNS ini yang mengaku, belajar
membudidayakan jamur lewat buku, potongan-potongan koran, majalah dan
informasi yang ia kumpulkan.
Di Mataram, menurut, Ir. Parman, Ph.D, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Mataram, yang selama ini peduli dalam penelitian dan permasalahan jamur, animo masyarakat untuk membudidayakan jamur ini terbilang kurang. “Padahal untuk komoditi ekspor usaha ini sangat menjanjikan,” katanya.
Berbeda dengan jamur merang yang perlu ruangan tertutup dan hangat serta kedap udara, jamur tiram tidak memerlukan suhu tertentu atau ruang kedap udara. “Pada suhu biasa, jamur tiram bisa tumbuh dengan baik,” lanjutnya. Jamur tiram yang umum dikembangkan untuk budidaya biasanya berwarna putih, sementara warna coklat dan merah muda tidak. Menyoal rasa dari jamur tersebut, ungkap Parman, tergantung medianya. Sementara itu, untuk menghasilkan jamur sesuai warnanya tergantung pada warna asal bibit yang ditanam.-niek
Cermati Ciri-ciri Jamur Beracun
SECARA umum, jamur termasuk dalam jenis sayuran yang mengandung sedikit sekali protein dan hidrat arang, seperti halnya kangkung, ketimun, kool, kembang kool, tauge, sawi. “Karena kandungan kalorinya rendah, jamur boleh dimakan sekehendak atau bebas tanpa memperhitungkan banyaknya,” kata Ni Nyoman Widarmini, S.K.M. Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum, Mataram.
“Tentunya, jamur yang boleh dimakan atau tidak beracun,” ungkap Ir. Parman, Ph.D. Menurutnya, jamur tiram, yang berkembang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur tiram putih, coklat dan merah muda. Jamur ini, tumbuh di kayu yang mengalami pelapukan atau yang sudah mati, tumbuh pula di ilalang, sampah tebu dan sampah sagu.
Jamur tersebut tidak beracun dan boleh dimakan. Jamur yang tergolong beracun dan tidak dapat dikonsumsi, lanjutnya, jika jamur tiram misalnya, tumbuh di kayu yang masih hidup, tumbuh di bangkai, kotoran ayam atau binatang ternak. “Jika termakan, jamur jenis ini akan menyebabkan keracunan dan dalam konsentrasi racun tinggi dan bisa menyebabkan kematian,” ujarnya.
Ciri-ciri jamur beracun antara lain, umumnya tangkai payungnya bergelang atau terdapat lingkaran menyerupai cincin. Tapi, katanya, tidak semua yang bergelang merupakan jamur beracun. Selain itu, aroma jamur akan terasa berbau sangat tajam, jika dipotong terdapat cairan kekuning-kuningan dan berlendir. “Jika terdapat tanda-tanda tersebut, sebaiknya jamur ini jangan dikonsumsi,” saran Parman. Jamur ini biasanya tumbuh liar, sementara jamur yang sengaja dibudidayakan untuk dikonsumsi tentunya jamur yang tidak beracun, jadi tidak perlu khawatir membeli jamur apalagi yang sudah dalam kemasan.
Selain dikonsumsi dalam keadaan segar, jamur juga kerap dikonsumsi setelah mengalami pengeringan untuk pengawetan. Menurut Nyoman, antara jamur segar dan jamur kering terdapat perbedaan kalori yang dikandungnya. Jamur segar dalam 100 gram di dalamnya terdapat 15 kalori, protein 3,8 gram, lemak 0,6 gr, karbohidrat 0,9 gr, kalsium 3 mg, zat besi 1,7 mg, vitamin B 0,1 mg dan vitamin C 5 mg.
Sedangkan pada 100 gram jamur kering terdapat 128 kalori, protein 16 gram, lemak 0,9 gr, karbohidrat 64,6 mg, kalsium 51 mg, zat besi 6,7 mg, vitamin B 0,1 mg dan tidak mengandung vitamin C. “Jamur segar maupun jamur kering keduanya tidak mengandung vitamin A,” ujar Nyoman yang sudah 15 tahun bekerja di Instalasi Gizi ini. – niek
Belum Mampu Memenuhi Permintaan
BUDIDAYA jamur tiram dengan memanfaatkan limbah gergajian kayu yang dilakukan Mahrup, bisa dijadikan alternatif usaha yang mempunyai prospek sangat baik. Selain memakai bahan yang mudah dan murah, Mahrup juga membuat sendiri bibit induk dan bibit sebar jamur tiram ini, sehingga tidak perlu lagi mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli bibit.
Dalam waktu dua setengah bulan bibit tersebut sudah dapat dipakai, lebih cepat ketimbang proses yang selama ini dikenal yang memakan waktu sekitar empat bulan. Membuat bibit induk dan bibit sebar jamur tiram dilakukan dengan menyediakan media antara lain dedak halus dan tepung jagung yang dicampur dan ditambahkan air lalu dibuat adonan atau pasta (perbandingan 2:1). Media tanam dipres dengan alat pres yang direkayasa sendiri.
Proses perawatan hingga panen dalam budidaya jamur tiram ini juga cenderung gampang. Setelah polybag-polybag dingin, bibit jamur tiram dimasukkan satu sendok di bagian atasnya dan disimpan dalam ruang inkubasi. Jumlah bibit yang dimasukkan tidak akan berpengaruh pada berat jamur yang dihasilkan melainkan proses keluarnya jamur bisa lebih cepat, kata Mahrup. Lama kelamaan, polybag-polybag tersebut nantinya akan kelihatan memutih di seluruh permukaannya. “Jika sudah putih semua, polybag tersebut dapat dipindahkan ke ruang produksi,” ujar Mahrup.
Dalam ruang produksi, perawatan sederhana dimulai dengan membersihkan ruangan tiap pagi serta menyemprot polybag dengan air untuk tetap menjaga kelembaban ruangan serta merangsang tumbuhnya jamur tiram. Agar proses tumbuhnya jamur cepat, maka kapas penutup mulut polybag dibuka beberapa sebelum jamur keluar. Dalam waktu 15 hari dalam ruang produksi, jamur akan terlihat bermunculan, keluar dari mulut-mulut polybag. Tidak lama setelah itu, selang tiga hari kemudian jamur tiram pun mekar dan panen pertama pun bisa dimulai.
Selain menjual jamur segar, Mahrup juga menyediakan polybag-polybag berisi jamur tiram berumur sehari untuk dijual. “Artinya, kami menjual jamur yang sudah keluar dan kemungkinan sudah tidak lagi terkontaminasi,” katanya. Untuk pemasaran polybag jamur siap panen ini, Mahrup memakai sistem mitra, mereka yang sengaja membeli polybag-polybag jamur siap panen tersebut. Sampai saat ini, ia memiliki setidaknya enam mitra yang rutin mengambil masing-masing 200 polybag tiap bulannya. Di samping itu, pemasaran dilakukan di pasar-pasar tradisional sekitar Mataram.
Permintaan akan jamur siap panen dalam polybag tersebut, menurutnya, sangat tinggi, hanya saja ia belum mampu menyediakannya. Tahun 2005 ini ia telah membuat bibit lebih banyak dari biasanya, serta sedang melakukan proses percobaan pada kemungkinan bisa menambah berat jamur tiram saat dipanen setidaknya dua ons. Di rumahnya, tempat budidaya jamur tiram sampai saat ini, Mahrup telah banyak memberikan pelatihan-pelatihan pada mahasiswa tentang budidaya jamur tiram juga sebagai tempat PKL, sumber bahan penelitian dan konsultasi teknologi serta menjadi tempat tujuan agrowisata yang sering dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah di NTB. –niek
Secara umum, posting kami mengenai bibit PDA adalah salah satu dari posting yang terbanyak diperhatikan, dipelajari dan tentunya dikomentari.. seperti pada posting kami tentang :
Pembuatan bibit F0 / PDA Jamur tiram putih
atau yang terangkum dalam artikel:
Pembuatan bibit F0, F1, F2 jamur tiram putih
Kami pun telah membuat Ebook mengenai pembibitan yang bisa diunduh secara gratis pada posting kami sebelumnya di:
Ebook rekayasa pembibitan jamur tiram
yang hingga saat ini sudah di unduh lebih dari 4000 kali (Alhamdulillah)
Tetapi ternyata itu pun belum cukup...
Masih banyak telpon, email, sms, message, komentar via facebook dan sebagainya yang menanyakan beberapa detil tentang pembuatan bibit PDA..
Untuk itulah akhirnya kami menyusun sebuah format video tutorial mengenai pembuatan bibit PDA...
Kami mencoba menyusun video tutorial ini dengan berbagai visualisasi dan langkah-langkah yang simpel dan sederhana seperti yang kami lakukan agar mudah dipahami dan agar tentunya semua orang bisa melakukannya dengan baik...
Kemudian setelah itu, jika kita telah mampu membuat bibit PDA yang berkualitas dan baik.., maka banyak sekali yang InsyaALLAH akan mampu kita lakukan selanjutnya.. seperti..:
Jadi jika diurut, PDA yang dibuat harus memiliki densitas atau kepadatan miselium yang tinggi, baru bisa kuat untuk menghasilkan bibit Induk F1 yang memiliki densitas atau kepadatan yang tinggi pula, demikian selanjutnya ke bibit sebar F2 lalu ke baglog jamur tiram..
VIDEO TUTORIAL PEMBUATAN BIBIT PDA ini berbentuk format DVD Movie, yaitu harus diputar pada perangkat DVD player..
Durasi waktunya adalah 45 menit yang meliput:
AGRIBISNIS jamur tiram, di Nusa Tenggara Barat, sampai saat ini masih
tergolong hal baru. Di Jawa dan Bali, bisnis ini sudah cukup lama
dikenal. Di Lombok, tidak banyak bahkan bisa dikatakan hanya satu dua
saja yang menggeluti usaha ini. Salah satunya adalah usaha yang dirintis
Ir. M. Mahrup Kaseh sejak tahun 1989. Hingga kini usaha itu masih
bertahan dan terus melakukan inovasi pada teknik budidaya dan
pengembangan pemasarannya sehingga menjadi agribisnis yang utuh dan
mudah dilaksanakan sebagai teknologi tepat guna yang ramah lingkungan.Pengembangan teknik budidaya ini dipermudah dengan menggunakan bibit
sebar dedan dengan media yang mudah dan murah. Alat pres dan alat
sterilisasi direkayasa sendiri sehingga mudah dilaksanakan dengan hasil
yang baik. “Teknik dan alat yang digunakan merupakan hasil pencarian
terus menerus,” ungkap pensiunan PNS ini yang mengaku, belajar
membudidayakan jamur lewat buku, potongan-potongan koran, majalah dan
informasi yang ia kumpulkan.
Di Mataram, menurut, Ir. Parman, Ph.D, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Mataram, yang selama ini peduli dalam penelitian dan permasalahan jamur, animo masyarakat untuk membudidayakan jamur ini terbilang kurang. “Padahal untuk komoditi ekspor usaha ini sangat menjanjikan,” katanya.
Berbeda dengan jamur merang yang perlu ruangan tertutup dan hangat serta kedap udara, jamur tiram tidak memerlukan suhu tertentu atau ruang kedap udara. “Pada suhu biasa, jamur tiram bisa tumbuh dengan baik,” lanjutnya. Jamur tiram yang umum dikembangkan untuk budidaya biasanya berwarna putih, sementara warna coklat dan merah muda tidak. Menyoal rasa dari jamur tersebut, ungkap Parman, tergantung medianya. Sementara itu, untuk menghasilkan jamur sesuai warnanya tergantung pada warna asal bibit yang ditanam.-niek
Cermati Ciri-ciri Jamur Beracun
SECARA umum, jamur termasuk dalam jenis sayuran yang mengandung sedikit sekali protein dan hidrat arang, seperti halnya kangkung, ketimun, kool, kembang kool, tauge, sawi. “Karena kandungan kalorinya rendah, jamur boleh dimakan sekehendak atau bebas tanpa memperhitungkan banyaknya,” kata Ni Nyoman Widarmini, S.K.M. Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum, Mataram.
“Tentunya, jamur yang boleh dimakan atau tidak beracun,” ungkap Ir. Parman, Ph.D. Menurutnya, jamur tiram, yang berkembang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur tiram putih, coklat dan merah muda. Jamur ini, tumbuh di kayu yang mengalami pelapukan atau yang sudah mati, tumbuh pula di ilalang, sampah tebu dan sampah sagu.
Jamur tersebut tidak beracun dan boleh dimakan. Jamur yang tergolong beracun dan tidak dapat dikonsumsi, lanjutnya, jika jamur tiram misalnya, tumbuh di kayu yang masih hidup, tumbuh di bangkai, kotoran ayam atau binatang ternak. “Jika termakan, jamur jenis ini akan menyebabkan keracunan dan dalam konsentrasi racun tinggi dan bisa menyebabkan kematian,” ujarnya.
Ciri-ciri jamur beracun antara lain, umumnya tangkai payungnya bergelang atau terdapat lingkaran menyerupai cincin. Tapi, katanya, tidak semua yang bergelang merupakan jamur beracun. Selain itu, aroma jamur akan terasa berbau sangat tajam, jika dipotong terdapat cairan kekuning-kuningan dan berlendir. “Jika terdapat tanda-tanda tersebut, sebaiknya jamur ini jangan dikonsumsi,” saran Parman. Jamur ini biasanya tumbuh liar, sementara jamur yang sengaja dibudidayakan untuk dikonsumsi tentunya jamur yang tidak beracun, jadi tidak perlu khawatir membeli jamur apalagi yang sudah dalam kemasan.
Selain dikonsumsi dalam keadaan segar, jamur juga kerap dikonsumsi setelah mengalami pengeringan untuk pengawetan. Menurut Nyoman, antara jamur segar dan jamur kering terdapat perbedaan kalori yang dikandungnya. Jamur segar dalam 100 gram di dalamnya terdapat 15 kalori, protein 3,8 gram, lemak 0,6 gr, karbohidrat 0,9 gr, kalsium 3 mg, zat besi 1,7 mg, vitamin B 0,1 mg dan vitamin C 5 mg.
Sedangkan pada 100 gram jamur kering terdapat 128 kalori, protein 16 gram, lemak 0,9 gr, karbohidrat 64,6 mg, kalsium 51 mg, zat besi 6,7 mg, vitamin B 0,1 mg dan tidak mengandung vitamin C. “Jamur segar maupun jamur kering keduanya tidak mengandung vitamin A,” ujar Nyoman yang sudah 15 tahun bekerja di Instalasi Gizi ini. – niek
Belum Mampu Memenuhi Permintaan
BUDIDAYA jamur tiram dengan memanfaatkan limbah gergajian kayu yang dilakukan Mahrup, bisa dijadikan alternatif usaha yang mempunyai prospek sangat baik. Selain memakai bahan yang mudah dan murah, Mahrup juga membuat sendiri bibit induk dan bibit sebar jamur tiram ini, sehingga tidak perlu lagi mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli bibit.
Dalam waktu dua setengah bulan bibit tersebut sudah dapat dipakai, lebih cepat ketimbang proses yang selama ini dikenal yang memakan waktu sekitar empat bulan. Membuat bibit induk dan bibit sebar jamur tiram dilakukan dengan menyediakan media antara lain dedak halus dan tepung jagung yang dicampur dan ditambahkan air lalu dibuat adonan atau pasta (perbandingan 2:1). Media tanam dipres dengan alat pres yang direkayasa sendiri.
Proses perawatan hingga panen dalam budidaya jamur tiram ini juga cenderung gampang. Setelah polybag-polybag dingin, bibit jamur tiram dimasukkan satu sendok di bagian atasnya dan disimpan dalam ruang inkubasi. Jumlah bibit yang dimasukkan tidak akan berpengaruh pada berat jamur yang dihasilkan melainkan proses keluarnya jamur bisa lebih cepat, kata Mahrup. Lama kelamaan, polybag-polybag tersebut nantinya akan kelihatan memutih di seluruh permukaannya. “Jika sudah putih semua, polybag tersebut dapat dipindahkan ke ruang produksi,” ujar Mahrup.
Dalam ruang produksi, perawatan sederhana dimulai dengan membersihkan ruangan tiap pagi serta menyemprot polybag dengan air untuk tetap menjaga kelembaban ruangan serta merangsang tumbuhnya jamur tiram. Agar proses tumbuhnya jamur cepat, maka kapas penutup mulut polybag dibuka beberapa sebelum jamur keluar. Dalam waktu 15 hari dalam ruang produksi, jamur akan terlihat bermunculan, keluar dari mulut-mulut polybag. Tidak lama setelah itu, selang tiga hari kemudian jamur tiram pun mekar dan panen pertama pun bisa dimulai.
Selain menjual jamur segar, Mahrup juga menyediakan polybag-polybag berisi jamur tiram berumur sehari untuk dijual. “Artinya, kami menjual jamur yang sudah keluar dan kemungkinan sudah tidak lagi terkontaminasi,” katanya. Untuk pemasaran polybag jamur siap panen ini, Mahrup memakai sistem mitra, mereka yang sengaja membeli polybag-polybag jamur siap panen tersebut. Sampai saat ini, ia memiliki setidaknya enam mitra yang rutin mengambil masing-masing 200 polybag tiap bulannya. Di samping itu, pemasaran dilakukan di pasar-pasar tradisional sekitar Mataram.
Permintaan akan jamur siap panen dalam polybag tersebut, menurutnya, sangat tinggi, hanya saja ia belum mampu menyediakannya. Tahun 2005 ini ia telah membuat bibit lebih banyak dari biasanya, serta sedang melakukan proses percobaan pada kemungkinan bisa menambah berat jamur tiram saat dipanen setidaknya dua ons. Di rumahnya, tempat budidaya jamur tiram sampai saat ini, Mahrup telah banyak memberikan pelatihan-pelatihan pada mahasiswa tentang budidaya jamur tiram juga sebagai tempat PKL, sumber bahan penelitian dan konsultasi teknologi serta menjadi tempat tujuan agrowisata yang sering dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah di NTB. –niek
Biasanya pertumbuhan jamur tiram akan optimal sepanjang tahun bila lokasi budidayanya sesuai dengan habitat aslinya, yakni di kawasan pegunungan atau di daerah dataran dengan ketinggian antara 400-800 meter di atas permukaan air laut (mdpl), serta memiliki suhu udara sekitar 20-28°C dengan tingkat kelembapan sekitar 70% sampai 80%. Lalu bisakah jamur tiram dibudidayakan di daerah panas?
Bagi Anda yang berada di daerah dataran rendah khususnya di lingkungan yang cukup panas, kini tidak perlu takut lagi untuk mencoba budidaya jamur tiram. Sebab ada banyak cara yang bisa Anda lakukan untuk menyiasati kondisi lingkungan di sekitar Anda. Untuk mengetahui informasi selengkapnya, mari kita bahas bersama beberapa tips bisnis yang bisa Anda gunakan untuk membudidayakan jamur tiram di daerah panas.
Pertama, langkah mudah yang bisa Anda coba yaitu membuat bangunan kumbung jamur dengan sistem sirkulasi buka tutup. Yang dimaksud buka tutup disini adalah menutup sirkulasi kumbung jamur di siang hari agar kelembapan di dalamnya tetap terjaga, dan membukanya pada malam hari sehingga suhu ruangan di dalam kumbung jamur bisa lebih dingin.
Kedua, gunakan bahan atap yang tidak menyerap panas. Hal ini penting agar intensitas sinar matahari yang masuk ke dalam kumbung jamur tidak berlebihan. Beberapa bahan yang bisa Anda gunakan sebagai atap kumbung jamur antara lain anyaman bambu, atau genteng.
Ketiga, faktor kelembapan merupakan syarat utama
yang harus terpenuhi dalam budidaya jamur tiram, sebab kelembapan udara
sangat berpengaruh pada pertumbuhan jamur. Untuk mengatasi hal tersebut,
Anda bisa meletakkan beberapa tong/wadah air di dalam kumbung jamur
untuk meningkatkan kelembapan ruangan.
Keempat, karena lokasi budidaya jamur
berada di daerah panas, maka usahakan untuk membuat bangunan kumbung di
tempat yang teduh atau dekat dengan pepohonan. Selain itu hindari pula
pembuatan pintu kumbung yang berada di arah matahari terbit atau
terbenam, hal ini dilakukan untuk mencegah sinar matahari langsung masuk
ke ruangan kumbung.Kelima, lindungi sekitar lokasi kumbung dari sinar matahari langsung yang terlalu menyengat. Anda bisa melakukannya dengan cara menanam banyak pohon rindang (perdu) disekeliling kumbung jamur.
Keenam, untuk memperlancar sirkulasi udara di dalam kumbung jamur tiram, usahakan tinggi bangunan kumbung dibuat lebih tinggi atau tidak kurang dari 4 meter.
Ketujuh, perhatikan rak penyimpanan baglog jamur yang dibuat. Bila di daerah dingin rak yang dibuat pada kumbung jamur bisa mencapai 5 tingkat, pastikan rak yang dibuat di daerah panas tidak lebih dari 3 tingkat.
Kedelapan, karena lokasi kumbung jamur berada di daerah panas, maka sebisa mungkin lakukan penyiraman lebih sering dibandingkan di daerah pegunungan. Penyiraman baglog jamur bisa Anda lakukan minimal 3 kali dalam sehari.
Nah, dengan demikian Anda tidak perlu khawatir jika ingin mmbudidayakan jamur tiram tetapi daerah Anda merupakan daerah yang panas. Silahkan mencoba peluang bisnis jamur dimanapun Anda tinggal. Mulai dari yang kecil, mulai dari yang mudah, mulai dari sekarang! Salam sukses.
Sumber gambar : http://sumarsih07.files.wordpress.com/2010/01/di-kumbung-jamur.jpg dan http://st281560.sitekno.com/images/art_16550.jpg
Budidaya Jamur Tiram lebih Mudah dengan Media Murah
Di Mataram, menurut, Ir. Parman, Ph.D, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Mataram, yang selama ini peduli dalam penelitian dan permasalahan jamur, animo masyarakat untuk membudidayakan jamur ini terbilang kurang. “Padahal untuk komoditi ekspor usaha ini sangat menjanjikan,” katanya.
Berbeda dengan jamur merang yang perlu ruangan tertutup dan hangat serta kedap udara, jamur tiram tidak memerlukan suhu tertentu atau ruang kedap udara. “Pada suhu biasa, jamur tiram bisa tumbuh dengan baik,” lanjutnya. Jamur tiram yang umum dikembangkan untuk budidaya biasanya berwarna putih, sementara warna coklat dan merah muda tidak. Menyoal rasa dari jamur tersebut, ungkap Parman, tergantung medianya. Sementara itu, untuk menghasilkan jamur sesuai warnanya tergantung pada warna asal bibit yang ditanam.-niek
Cermati Ciri-ciri Jamur Beracun
SECARA umum, jamur termasuk dalam jenis sayuran yang mengandung sedikit sekali protein dan hidrat arang, seperti halnya kangkung, ketimun, kool, kembang kool, tauge, sawi. “Karena kandungan kalorinya rendah, jamur boleh dimakan sekehendak atau bebas tanpa memperhitungkan banyaknya,” kata Ni Nyoman Widarmini, S.K.M. Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum, Mataram.
“Tentunya, jamur yang boleh dimakan atau tidak beracun,” ungkap Ir. Parman, Ph.D. Menurutnya, jamur tiram, yang berkembang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur tiram putih, coklat dan merah muda. Jamur ini, tumbuh di kayu yang mengalami pelapukan atau yang sudah mati, tumbuh pula di ilalang, sampah tebu dan sampah sagu.
Jamur tersebut tidak beracun dan boleh dimakan. Jamur yang tergolong beracun dan tidak dapat dikonsumsi, lanjutnya, jika jamur tiram misalnya, tumbuh di kayu yang masih hidup, tumbuh di bangkai, kotoran ayam atau binatang ternak. “Jika termakan, jamur jenis ini akan menyebabkan keracunan dan dalam konsentrasi racun tinggi dan bisa menyebabkan kematian,” ujarnya.
Ciri-ciri jamur beracun antara lain, umumnya tangkai payungnya bergelang atau terdapat lingkaran menyerupai cincin. Tapi, katanya, tidak semua yang bergelang merupakan jamur beracun. Selain itu, aroma jamur akan terasa berbau sangat tajam, jika dipotong terdapat cairan kekuning-kuningan dan berlendir. “Jika terdapat tanda-tanda tersebut, sebaiknya jamur ini jangan dikonsumsi,” saran Parman. Jamur ini biasanya tumbuh liar, sementara jamur yang sengaja dibudidayakan untuk dikonsumsi tentunya jamur yang tidak beracun, jadi tidak perlu khawatir membeli jamur apalagi yang sudah dalam kemasan.
Selain dikonsumsi dalam keadaan segar, jamur juga kerap dikonsumsi setelah mengalami pengeringan untuk pengawetan. Menurut Nyoman, antara jamur segar dan jamur kering terdapat perbedaan kalori yang dikandungnya. Jamur segar dalam 100 gram di dalamnya terdapat 15 kalori, protein 3,8 gram, lemak 0,6 gr, karbohidrat 0,9 gr, kalsium 3 mg, zat besi 1,7 mg, vitamin B 0,1 mg dan vitamin C 5 mg.
Sedangkan pada 100 gram jamur kering terdapat 128 kalori, protein 16 gram, lemak 0,9 gr, karbohidrat 64,6 mg, kalsium 51 mg, zat besi 6,7 mg, vitamin B 0,1 mg dan tidak mengandung vitamin C. “Jamur segar maupun jamur kering keduanya tidak mengandung vitamin A,” ujar Nyoman yang sudah 15 tahun bekerja di Instalasi Gizi ini. – niek
Belum Mampu Memenuhi Permintaan
BUDIDAYA jamur tiram dengan memanfaatkan limbah gergajian kayu yang dilakukan Mahrup, bisa dijadikan alternatif usaha yang mempunyai prospek sangat baik. Selain memakai bahan yang mudah dan murah, Mahrup juga membuat sendiri bibit induk dan bibit sebar jamur tiram ini, sehingga tidak perlu lagi mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli bibit.
Dalam waktu dua setengah bulan bibit tersebut sudah dapat dipakai, lebih cepat ketimbang proses yang selama ini dikenal yang memakan waktu sekitar empat bulan. Membuat bibit induk dan bibit sebar jamur tiram dilakukan dengan menyediakan media antara lain dedak halus dan tepung jagung yang dicampur dan ditambahkan air lalu dibuat adonan atau pasta (perbandingan 2:1). Media tanam dipres dengan alat pres yang direkayasa sendiri.
Proses perawatan hingga panen dalam budidaya jamur tiram ini juga cenderung gampang. Setelah polybag-polybag dingin, bibit jamur tiram dimasukkan satu sendok di bagian atasnya dan disimpan dalam ruang inkubasi. Jumlah bibit yang dimasukkan tidak akan berpengaruh pada berat jamur yang dihasilkan melainkan proses keluarnya jamur bisa lebih cepat, kata Mahrup. Lama kelamaan, polybag-polybag tersebut nantinya akan kelihatan memutih di seluruh permukaannya. “Jika sudah putih semua, polybag tersebut dapat dipindahkan ke ruang produksi,” ujar Mahrup.
Dalam ruang produksi, perawatan sederhana dimulai dengan membersihkan ruangan tiap pagi serta menyemprot polybag dengan air untuk tetap menjaga kelembaban ruangan serta merangsang tumbuhnya jamur tiram. Agar proses tumbuhnya jamur cepat, maka kapas penutup mulut polybag dibuka beberapa sebelum jamur keluar. Dalam waktu 15 hari dalam ruang produksi, jamur akan terlihat bermunculan, keluar dari mulut-mulut polybag. Tidak lama setelah itu, selang tiga hari kemudian jamur tiram pun mekar dan panen pertama pun bisa dimulai.
Selain menjual jamur segar, Mahrup juga menyediakan polybag-polybag berisi jamur tiram berumur sehari untuk dijual. “Artinya, kami menjual jamur yang sudah keluar dan kemungkinan sudah tidak lagi terkontaminasi,” katanya. Untuk pemasaran polybag jamur siap panen ini, Mahrup memakai sistem mitra, mereka yang sengaja membeli polybag-polybag jamur siap panen tersebut. Sampai saat ini, ia memiliki setidaknya enam mitra yang rutin mengambil masing-masing 200 polybag tiap bulannya. Di samping itu, pemasaran dilakukan di pasar-pasar tradisional sekitar Mataram.
Permintaan akan jamur siap panen dalam polybag tersebut, menurutnya, sangat tinggi, hanya saja ia belum mampu menyediakannya. Tahun 2005 ini ia telah membuat bibit lebih banyak dari biasanya, serta sedang melakukan proses percobaan pada kemungkinan bisa menambah berat jamur tiram saat dipanen setidaknya dua ons. Di rumahnya, tempat budidaya jamur tiram sampai saat ini, Mahrup telah banyak memberikan pelatihan-pelatihan pada mahasiswa tentang budidaya jamur tiram juga sebagai tempat PKL, sumber bahan penelitian dan konsultasi teknologi serta menjadi tempat tujuan agrowisata yang sering dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah di NTB. –niek
Video TUTORIAL Pembuatan Bibit PDA JAMUR TIRAM
Pembuatan bibit PDA yang berkualitas adalah merupakan inti atau awal
dari seluruh proses budidaya jamur tiram putih.. Hal ini semakin
disadari oleh petani / pebudidaya jamur tiram putih sehingga banyak yang
penasaran, ingin tahu, lalu mengikuti pelatihan-pelatihan kultur
jaringan untuk merekayasa pembuatan bibit PDA..
Secara umum, posting kami mengenai bibit PDA adalah salah satu dari posting yang terbanyak diperhatikan, dipelajari dan tentunya dikomentari.. seperti pada posting kami tentang :
Pembuatan bibit F0 / PDA Jamur tiram putih
atau yang terangkum dalam artikel:
Pembuatan bibit F0, F1, F2 jamur tiram putih
Kami pun telah membuat Ebook mengenai pembibitan yang bisa diunduh secara gratis pada posting kami sebelumnya di:
Ebook rekayasa pembibitan jamur tiram
yang hingga saat ini sudah di unduh lebih dari 4000 kali (Alhamdulillah)
Tetapi ternyata itu pun belum cukup...
Masih banyak telpon, email, sms, message, komentar via facebook dan sebagainya yang menanyakan beberapa detil tentang pembuatan bibit PDA..
Untuk itulah akhirnya kami menyusun sebuah format video tutorial mengenai pembuatan bibit PDA...
Apa sih yang bisa didapatkan dari video tutorial pembuatan bibit PDA ini..???
Kami mencoba menyusun video tutorial ini dengan berbagai visualisasi dan langkah-langkah yang simpel dan sederhana seperti yang kami lakukan agar mudah dipahami dan agar tentunya semua orang bisa melakukannya dengan baik...
Kemudian setelah itu, jika kita telah mampu membuat bibit PDA yang berkualitas dan baik.., maka banyak sekali yang InsyaALLAH akan mampu kita lakukan selanjutnya.. seperti..:
- Dari PDA yang berkualitas dan baik, InsyaALLAH kita akan mampu menghasilkan bibit induk F1 yang tentunya baik dan berkualitas pula.., sehingga selanjutnya kita tinggal mempelajari bagaimana langkah pembuatan bibit Induk F1 yang telah kami bahas pada Ebook kami..
- Selanjutnya dari bibit induk F1 yang berkualitas, InsyaAllah kita akan mampu menghasilkan bibit sebar F2 yang berkualitas pula..
- Dari bibit sebar F2 yang berkualitas, InsyaALLAH kita akan mampu memproduksi media tumbuh baglog jamur tiram putih yang berkualitas... sehingga menghasilkan potensi panen jamur tiram yang banyak dan menguntungkan bagi petani dan pebudidaya jamur tiram...
- Selain itu dengan mampu membuat bibit PDA yang berkualitas, itu merupakan pintu masuk yang sangat penting dalam bisnis penjualan bibit jamur tiram.. mulai PDA, F1, dan F2.. Jika kita sudah mempunyai kredibilitas yang baik sebagai penghasil bibit yang unggul, InsyaALLAH akan lebih mudah menjual bibit jamur dengan profit atau keuntungan yang baik pula..
Kunci dari seluruh proses budidaya jamur tiram putih adalah memahami
dengan baik karakter tumbuh miselium mulai dari bibit PDA hingga ke
media tumbuh baglog jamur tiram..
Seperti pembahasan pada Ebook pembibitan jamur tiram, densitas atau
kepadatan miselium itu sangat penting karena perkembangan jamur tiram
itu menyerap zat-zat organik dari lingkungannya lalu dirubah menjadi
senyawa yang mengembangkan tubuh jamur itu sendiri..
Jadi jika diurut, PDA yang dibuat harus memiliki densitas atau kepadatan miselium yang tinggi, baru bisa kuat untuk menghasilkan bibit Induk F1 yang memiliki densitas atau kepadatan yang tinggi pula, demikian selanjutnya ke bibit sebar F2 lalu ke baglog jamur tiram..
Nah.., dari baglog jamur tiram yang memeiliki densitas atau kepadatan
miselium yang baik, diharapkan berpotensi besar untuk bisa menghasilkan
panen jamur yang optimal...!
VIDEO TUTORIAL PEMBUATAN BIBIT PDA ini berbentuk format DVD Movie, yaitu harus diputar pada perangkat DVD player..
Durasi waktunya adalah 45 menit yang meliput:
Penjelasan mengenai bagaimana merekayasa pertumbuhan jamur tiram yang
ada di alam bebas untuk dikembangkan pada media-media tumbuh baglog
jamur tiram. Menjelaskan pengertian dasar dari bibit PDA dan potensi
besar yang ada di dalamnya
2. Persiapan Alat dan bahan dalam pembuatan bibit PDA
Penjelasan mengenai peralatan-peralatan serta bahan-bahan yang dibutuhkan dalam proses pembuatan bibit PDA.
Penjelasan mengenai langkah-langkah pembuatan media agar-agar PDA.
Media PDA ini nantinya adalah media yang menjadi tempat tumbuh miselium
yang diambil dari spora jamur melalui teknik kultur jaringan.
Penjelasan mengenai bagaimana ciri-ciri jamur yang diharapkan memiliki
banyak spora potensial untuk dijadikan indukan. Pemilihan indukan jamur
ini sangat penting karena impan yang diambil dari jaringan tubuh jamur
itulah yang merupakan inti dari perkembangan miselium pada bibit PDA
selanjutnya.
Penjelasan mengenai teknik atau cara mengambil implan dari tubuh
indukan jamur. Letak jaringan jamur, teknik penyayatan, lalu pengambilan
implan akan divisualisasikan dengan jelas di sini. Pengambilan implan
ini sangat penting karena dengan pengambilan yang benar, diharapkan
perkembangan spora pada media PDA akan baik dan sempurna.
Penjelasan mengenai langkah-langkah pada proses inokulasi pada media
PDA. Setelah memahami teknik pengambilan implan, selanjutnya langkah
inokulasi bisa dengan lebih cermat diperhatikan pada tutorial ini. Pada
proses inilah inti dari pembuatan bibit PDA berlangsung, karena itu
proses dan tatacaranya harus benar-benar diperhatikan untuk selanjutnya
bisa dilatih secara terus menerus.
Penjelasan mengenai perkembangan miselium bibit PDA mulai awal
inokulasi hingga miselium mencapai 100% dari seluruh permukaan botol.
Perkembangan miselium ini sangat penting untuk dipahami dan diperhatikan
karena pada tahap inilah kita akan memilih PDA unggulan yang dijadikan
starter dalam budidaya jamur tiram putih. Pemilihan unggulan bukan
dipilih pada saat miselium mencapai 100%, tetapi pada saat awal dan
pertengahan pertumbuhan miselium, untuk itu penjelasan ini sangat
penting untuk diperhatikan.
8. Penutup
Penjelasan mengenai biaya pembuatan media yang sebenarnya murah dan
ekonomis yang selanjutnya bagi Anda yang telah melihat keseluruhan
video tutorial ini hendaknya segera mempraktekkannya dan dilatih terus
hingga lancar dan mampu membuat bibit PDA yang berkualitas dengan ciri
perkembangan miseliumnya tebal dan bergelombang...Budidaya Jamur Tiram lebih Mudah dengan Media Murah
Di Mataram, menurut, Ir. Parman, Ph.D, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Mataram, yang selama ini peduli dalam penelitian dan permasalahan jamur, animo masyarakat untuk membudidayakan jamur ini terbilang kurang. “Padahal untuk komoditi ekspor usaha ini sangat menjanjikan,” katanya.
Berbeda dengan jamur merang yang perlu ruangan tertutup dan hangat serta kedap udara, jamur tiram tidak memerlukan suhu tertentu atau ruang kedap udara. “Pada suhu biasa, jamur tiram bisa tumbuh dengan baik,” lanjutnya. Jamur tiram yang umum dikembangkan untuk budidaya biasanya berwarna putih, sementara warna coklat dan merah muda tidak. Menyoal rasa dari jamur tersebut, ungkap Parman, tergantung medianya. Sementara itu, untuk menghasilkan jamur sesuai warnanya tergantung pada warna asal bibit yang ditanam.-niek
Cermati Ciri-ciri Jamur Beracun
SECARA umum, jamur termasuk dalam jenis sayuran yang mengandung sedikit sekali protein dan hidrat arang, seperti halnya kangkung, ketimun, kool, kembang kool, tauge, sawi. “Karena kandungan kalorinya rendah, jamur boleh dimakan sekehendak atau bebas tanpa memperhitungkan banyaknya,” kata Ni Nyoman Widarmini, S.K.M. Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum, Mataram.
“Tentunya, jamur yang boleh dimakan atau tidak beracun,” ungkap Ir. Parman, Ph.D. Menurutnya, jamur tiram, yang berkembang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur tiram putih, coklat dan merah muda. Jamur ini, tumbuh di kayu yang mengalami pelapukan atau yang sudah mati, tumbuh pula di ilalang, sampah tebu dan sampah sagu.
Jamur tersebut tidak beracun dan boleh dimakan. Jamur yang tergolong beracun dan tidak dapat dikonsumsi, lanjutnya, jika jamur tiram misalnya, tumbuh di kayu yang masih hidup, tumbuh di bangkai, kotoran ayam atau binatang ternak. “Jika termakan, jamur jenis ini akan menyebabkan keracunan dan dalam konsentrasi racun tinggi dan bisa menyebabkan kematian,” ujarnya.
Ciri-ciri jamur beracun antara lain, umumnya tangkai payungnya bergelang atau terdapat lingkaran menyerupai cincin. Tapi, katanya, tidak semua yang bergelang merupakan jamur beracun. Selain itu, aroma jamur akan terasa berbau sangat tajam, jika dipotong terdapat cairan kekuning-kuningan dan berlendir. “Jika terdapat tanda-tanda tersebut, sebaiknya jamur ini jangan dikonsumsi,” saran Parman. Jamur ini biasanya tumbuh liar, sementara jamur yang sengaja dibudidayakan untuk dikonsumsi tentunya jamur yang tidak beracun, jadi tidak perlu khawatir membeli jamur apalagi yang sudah dalam kemasan.
Selain dikonsumsi dalam keadaan segar, jamur juga kerap dikonsumsi setelah mengalami pengeringan untuk pengawetan. Menurut Nyoman, antara jamur segar dan jamur kering terdapat perbedaan kalori yang dikandungnya. Jamur segar dalam 100 gram di dalamnya terdapat 15 kalori, protein 3,8 gram, lemak 0,6 gr, karbohidrat 0,9 gr, kalsium 3 mg, zat besi 1,7 mg, vitamin B 0,1 mg dan vitamin C 5 mg.
Sedangkan pada 100 gram jamur kering terdapat 128 kalori, protein 16 gram, lemak 0,9 gr, karbohidrat 64,6 mg, kalsium 51 mg, zat besi 6,7 mg, vitamin B 0,1 mg dan tidak mengandung vitamin C. “Jamur segar maupun jamur kering keduanya tidak mengandung vitamin A,” ujar Nyoman yang sudah 15 tahun bekerja di Instalasi Gizi ini. – niek
Belum Mampu Memenuhi Permintaan
BUDIDAYA jamur tiram dengan memanfaatkan limbah gergajian kayu yang dilakukan Mahrup, bisa dijadikan alternatif usaha yang mempunyai prospek sangat baik. Selain memakai bahan yang mudah dan murah, Mahrup juga membuat sendiri bibit induk dan bibit sebar jamur tiram ini, sehingga tidak perlu lagi mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli bibit.
Dalam waktu dua setengah bulan bibit tersebut sudah dapat dipakai, lebih cepat ketimbang proses yang selama ini dikenal yang memakan waktu sekitar empat bulan. Membuat bibit induk dan bibit sebar jamur tiram dilakukan dengan menyediakan media antara lain dedak halus dan tepung jagung yang dicampur dan ditambahkan air lalu dibuat adonan atau pasta (perbandingan 2:1). Media tanam dipres dengan alat pres yang direkayasa sendiri.
Proses perawatan hingga panen dalam budidaya jamur tiram ini juga cenderung gampang. Setelah polybag-polybag dingin, bibit jamur tiram dimasukkan satu sendok di bagian atasnya dan disimpan dalam ruang inkubasi. Jumlah bibit yang dimasukkan tidak akan berpengaruh pada berat jamur yang dihasilkan melainkan proses keluarnya jamur bisa lebih cepat, kata Mahrup. Lama kelamaan, polybag-polybag tersebut nantinya akan kelihatan memutih di seluruh permukaannya. “Jika sudah putih semua, polybag tersebut dapat dipindahkan ke ruang produksi,” ujar Mahrup.
Dalam ruang produksi, perawatan sederhana dimulai dengan membersihkan ruangan tiap pagi serta menyemprot polybag dengan air untuk tetap menjaga kelembaban ruangan serta merangsang tumbuhnya jamur tiram. Agar proses tumbuhnya jamur cepat, maka kapas penutup mulut polybag dibuka beberapa sebelum jamur keluar. Dalam waktu 15 hari dalam ruang produksi, jamur akan terlihat bermunculan, keluar dari mulut-mulut polybag. Tidak lama setelah itu, selang tiga hari kemudian jamur tiram pun mekar dan panen pertama pun bisa dimulai.
Selain menjual jamur segar, Mahrup juga menyediakan polybag-polybag berisi jamur tiram berumur sehari untuk dijual. “Artinya, kami menjual jamur yang sudah keluar dan kemungkinan sudah tidak lagi terkontaminasi,” katanya. Untuk pemasaran polybag jamur siap panen ini, Mahrup memakai sistem mitra, mereka yang sengaja membeli polybag-polybag jamur siap panen tersebut. Sampai saat ini, ia memiliki setidaknya enam mitra yang rutin mengambil masing-masing 200 polybag tiap bulannya. Di samping itu, pemasaran dilakukan di pasar-pasar tradisional sekitar Mataram.
Permintaan akan jamur siap panen dalam polybag tersebut, menurutnya, sangat tinggi, hanya saja ia belum mampu menyediakannya. Tahun 2005 ini ia telah membuat bibit lebih banyak dari biasanya, serta sedang melakukan proses percobaan pada kemungkinan bisa menambah berat jamur tiram saat dipanen setidaknya dua ons. Di rumahnya, tempat budidaya jamur tiram sampai saat ini, Mahrup telah banyak memberikan pelatihan-pelatihan pada mahasiswa tentang budidaya jamur tiram juga sebagai tempat PKL, sumber bahan penelitian dan konsultasi teknologi serta menjadi tempat tujuan agrowisata yang sering dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah di NTB. –niek
Tidak ada komentar:
Posting Komentar