PETERNAKAN DAN PERIKANAN
Salah satu program strategis Pemerintah Kabupaten
Sragen di bidang peternakan adalah pengembangan sapi Brangus dengan
menciptakan kawasan pembibitan di sejumlah desa di wilayah Kabupaten Sragen.
Selain itu juga dikembangkan peternakan sapi perah, kambing domba, itik dan
ayam. Program pengembangan ini didukung berbagai kegiatan seperti inseminasi
buatan, kesehatan hewan, serta kemitraan peternak sapi.
Sedangkan di bidang perikanan, Kabupaten Sragen
masih memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Terbukti pada tahun 2005,
produksi ikan yang dihasilkan para peternak di Kabupaten Sragen mencapai
3.277.500 kg atau setara dengan nilai produksi lebih dari Rp 3 miliar. Jenis
ikan yang dibudidayakan antara lain nila merah, nila
hitam, gurame, mujahir, ikan mas, gabus/ karper, tawas, dan lele.
Peternakan Sapi Brangus
Budidaya Sapi
Brangus sangat populer di kalangan peternak Sragen. Pada tahun 2005, populasi
sapi Brangus di Kabupaten Sragen mencapai 7.895 ekor yang tersebar di 20
kecamatan. Budidaya ternak sapi
Brangus telah dikenal oleh masyarakat Sragen sejak tahun 1981, yang diiringi
dengan pembangunan pusat pembibitan Sapi Brangus. Sampai tahun 2000, telah
terdapat tujuh kawasan pembibitan sapi Brangus di Sragen yakni; Desa Pringanom
Kecamatan Masaran, Desa Tenggak Kecamatan Sidoharjo, Desa Dawung Kecamatan
Sambirejo, Desa Wonorejo Kecamatan Kedawung, Desa Karanganyar Kecamatan
Plupuh, Desa Tegalrejo Kecamatan Gondang, dan Desa Gringging Kecamatan
Sambungmacan.
Sapi Brangus yang dikembangkan di Kabupaten
Sragen merupakan jenis persilangan dari Sapi American Brahman dan Aberden
Angus yang direproduksikan secara Artificial
Inseminations (inseminasi buatan) atau awam lazim menyebutnya kawin
suntik. Sapi Brangus bersama sapi jenis Brahman biasa dipelihara sebagai
ternak potong –untuk diambil dagingnya. Usaha peternakan sapi
Brangus di Sragen boleh dikatakan telah menerapkan prosedur dan teknik yang
maju. Buktinya, budidaya sapi Brangus yang dilakukan warga Sragen sudah
berbentuk peternakan dengan kandang komunal. Sistem kandang komunal didesain
menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi ternak dalam jumlah besar, melindungi
dari terik matahari, hujan, angin, pencurian, gangguan, binatang buas. Dan
yang lebih penting lagi, kandang komunal memiliki aksesbilitas tinggi untuk
memudahkan pengelolaan dan pemeliharaan.
Manfaatnya memang
betul-betul dapat dirasakan peternak. Sejak sistem kandang komunal
diterapkan, kualitas dan kuantitas sapi meningkat sedangkan angka ternak yang
sakit atau mati mengalami tren menurun. Populasi sapi potong jenis Brangus
dan Brahman di Kabupaten Sragen dalam empat tahun belakangan ini terus
mengalami peningkatan. Lihat saja, pada tahun 2002, jumlah sapi potong di
Sragen masih berkutat pada angka 74.561 ekor, namun angka itu terus bertambah
hingga mencapai 76.431 ekor pada tahun 2004. Nah, pada tahun 2005, populasi
sapi potong di Sragen berjumlah 77.255 ekor, sebanyak 7.895 ekor di antaranya
adalah sapi jenis Brangus. Sapi-sapi asal Sragen tersebut telah didistribusikan
ke berbagai daerah di Indonesia.
Potensi ekonomi dari
bisnis ternak sapi potong di negeri ini boleh dikatakan cukup menjanjikan.
Apalagi, permintaan daging sapi dalam negeri, khususnya warga di perkotaan
besar, belum sepenuhnya dapat terpenuhi. Sebagai gambaran, untuk memenuhi
kebutuhan daging sapi untuk warga Jakarta saja, saban hari memerlukan 800
ekor. Tak kurang dari 600 ekor di antaranya jenis Brangus. Namun, para
peternak lokal baru mampu memasok 80 ekor sapi Brangus per hari, itu pun
telah mendatangkan sapi dari luar Jakarta seperti Jawa Timur, Jawa Tengah,
dan Jawa Barat. Sisanya, harus mendatangkan sapi dari luar Jawa serta
mengimpor dari luar negeri, terutama Australia.
Tingginya permintaan
sapi potong merupakan peluang emas yang tak boleh dilewatkan begitu saja.
Sapi Brangus merupakan salah satu jenis yang paling disukai pasar. Sebab,
dibandingkan sapi jenis lain, Brahman misalnya, daging yang dihasilkan jauh
lebih banyak. Selain itu, harga sapi Brangus di pasar dalam negeri lumayan menggiurkan.
Sapi Brangus siap
potong umur dua hingga tiga tahun (sudah termasuk masa penggemukan selama 1,5
tahun) dan berbobot kurang lebih 450 kg, biasa dilepas seharga Rp 10 juta.
Sedangkan Brangus dengan bobot yang lebih berat, sekitar 500 kg, dapat mencapai
Rp 15 juta. Berat sapi tergantung pada mutu pakan dan perawatan. Dari tiap
ekor sapi Brangus, umumnya dapat diambil dagingnya sebanyak 60 persen dari
berat kotor, atau sekitar 270 kg hingga 300 kg daging. Namun, sapi Brangus
seringkali sudah diambil dagingnya ketika baru berumur antara 9 bulan hingga
16 bulan.
Daging sapi Brangus
di pasar-pasar tradisional maupun swalayan biasa dihargai Rp 40 ribu per
kilogram. Andaikata pasokan sapi Brangus dari Sragen dapat ditingkatkan 10
persen atau 790 ekor per tahun, sedangkan 200 ekor di antaranya khusus untuk
mengisi kekosongan di pasar Jakarta, maka sudah dapat diraba omzet yang bakal
diraup.
Para peternak di
Sragen memiliki keterampilan tinggi dan kemauan untuk maju. Mereka telah
terbiasa dengan teknik beternak modern sejak tahun 1981. Kondisi tersebut
merupakan keuntungan bagi calon investor guna memperoleh tenaga kerja ataupun
mitra yang dapat diandalkan untuk memperoleh hasil terbaik.
Selain itu, Sragen
memiliki ketersediaan pakan ternak yang melimpah. Jaminan stok pakan sudah
barang tentu menjadi hal sangat krusial dalam usaha ternak sapi. Syukurlah,
hingga saat ini Sragen tidak pernah sekalipun mengalami kelangkaan pakan
ternak. Malah, sebagian besar kelompok peternak Sragen kini telah memiliki
kemampuan meramu pakan ternak yang manjur mendongkrak berat sapi dalam waktu
singkat.
Upaya meningkatkan
produtivitas sapi asal Sragen dapat dilakukan dengan memperbanyak jumlah
areal peternakan. Pemerintah Kabupaten Sragen sangat terbuka kepada calon
investor yang ingin menanamkan modal usahanya di bidang peternakan sapi
potong. Keberadaan sumber daya alam yang subur, sumber daya manusia terampil,
dan regulasi pemerintah daerah yang bersahabat dengan dunia usaha, merupakan
dukungan positif bagi kegiatan investasi di bidang peternakan sapi.
Tak mengherankan
apabila pada tahun 2005-2006, wilayah Kabupaten Sragen mengalami surplus
pakan ternak. Pada periode tersebut, dari ketersediaan pakan ternak sebesar
1.085.880 ton/tahun, yang digunakan untuk asupan hewan ternak baru sebesar
250.000 ton per tahun. Sehingga, terdapat kelebihan pakan sebesar 835.880 ton
per tahun. Jika diasumsikan tiap ekor ternak membutuhkan 3 ton pakan dalam
setahun, maka surplus pakan tersebut dapat mencukupi kurang lebih sekitar 278.626 ekor hewan ternak.
Pun, jangan
khawatirkan soal bakal calon lahan peternakan. Sebab, banyak tempat di
wilayah Kabupaten Sragen yang cocok dijadikan lokasi peternakan. Tentu saja,
setelah mengurus berbagai perijinan dan memenuhi syarat-syarat teknis
tertentu yang memperhatikan kesehatan dan kelestarian lingkungan. Untuk
mengurus perijinan dan syarat-syarat lain di Sragen, calon investor cukup
mendatangi Kantor Pelayanan Terpadu
(KPT). Dijamin, mengurus perijinan di Sragen sangat mudah, murah,
cepat, dan transparan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar